Liputan6.com, Jakarta - Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) berencana mendeklarasikan bakal calon presiden yang akan diusung di Pemilu 2024, Anies Baswedan pada Minggu, 16 Juli 2023. Namun belum diketahui apakah deklarasi ini juga akan mengumumkan calon wakil presiden pendamping Anies.
Meski begitu, Sekretaris Jenderal PKS Aboe Bakar Alhabsyi memastikan nama cawapres saat ini sudah ada di kantong Anies Baswedan.
Baca Juga
"Firm dong. Firm di tangan Anies, Anies itu firm sekali. Bisa namanya berubah-berubah tapi tetap firm di tangan Anies," jelas Aboe di Jakarta.
Advertisement
Dia pun menuturkan, Anies akan mengumumkan sosok bacawapresnya di momen yang tepat.
"Nunggu momennya pas Anies siap mengumumkan," jelas Aboe.
Sementara terkait nama dan ciri-ciri cawapres Anies, Aboe enggan membeberkan secara gamblang. Ia juga tak mau menjawab apakah ada nama Yenny Wahid atau Khofifah di kantong Anies Baswedan.
"Calonnya baik-baik pokoknya yang paling baik untuk suara Pak Anies," jelasnya.
Menurut Aboe, kemungkinan pengumuman calon wakil presiden akan dilakukan pada 16, 18, 20, dan 22 Juli.
"Sangat mungkin (diumumkan) 16, mungkin 18 mungkin 20 mungkin 22. Pokoknya cepet-cepetan aja deh. Moga-moga keuber oleh si Ganjar, cakep, biar aja duluan," ucapnya.
Terkait munculnya nama Yenny Wahid sebagai calon kuat pendamping Anies, Aboe mengaku tak menutup kemungkinan.
Situasi di Luar Dugaan
Namun, ia menyebut akan ada situasi di luar dugaan soal pemilihan cawapres Anies Baswedan.
"Di last minute ini akan muncul situasi yang di luar dugaan. Percaya ndak? Bukan kambing hitam, bukan susu hitam," kata Aboe.
Karena itu, dia berharap agar bakal calon presiden dari PDIP Ganjar Pranowo atau bacapres dari Gerindra Prabowo Subianto terlebih dahulu mengumumkan sosok cawapresnya.
"Iya Mas Ganjar dulu, Mas Prabowo dulu atau Mas Sandi (Sandiaga Uno) dulu atau siapa lagi calon. Kan kita enggak tahu di ujung," ungkap Habib Aboe.
Sementara Ketua DPP Partai NasDem Sugeng Suparwoto mengaku bahwa kemungkinan akan ada kejutan dari Anies Baswedan terkait cawapres pada 16 Juli 2023 nanti.
“Semua bisa terjadi. Tapi yang jelas yang tahu hanya Pak Anies,” kata Sugeng di Jakarta.
Pada 16 Juli 2023 ia mengatakan bahwa NasDem akan menggelar acara besar yakni konsolidasi akbar di Stadion Gelora Bung Karno (GBK).
Namun, ia menyebut acara tersebut berisi arahan dari Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh dan juga pidato Anies Baswedan.
"Di sana (tanggal 16) mendengar arahan baru Pak Ketua Umum dalam hal ini Pak Surya. Ada juga pidato dari Anies sebagai capres," kata Sugeng.
Sementara Partai Demokrat sendiri mengaku menyerahkan nama cawapres kepada Anies Baswedan sepenuhnya dan tak akan memaksa mengajukan AHY.
"Partai Demokrat taat azas dan istikomah dengan Koalisi Perubahan untuk Persatuan. Kami serahkan ke Pak Anies sejak awal," kata Deputi Bappilu DPP Partai Demokrat, Kamhar Lakumani kepada Liputan6.com.
Sementara soal rencana deklarasi calon presiden Koalisi Perubahan, kata Kamhar, akan diserahkan kepada Tim Delapan.
"Apakah deklarasi paket komplit akan dirangkaikan secara bersamaan dengan kegiatan tersebut, tentunya ini menjadi ranah Tim Delapan untuk dikonsultasikan dengan 3 pimpinan parpol pengusung serta dengan Mas Anies. Itu mesti menjadi keputusan bersama. Kita tunggu saja perkembangannya," tandas Kamhar.
Peneliti Senior Populi Center, Usep S Ahyar menilai Anies Baswedan lebih baik memilih calon wakil presiden yang memiliki elektabilitas tinggi di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di mana di kedua wilayah tersebut Anies Baswedan memiliki elektabilitas yang rendah.
"Kalau dihitung dari sisi pemilih itu suara yang paling tinggi di Jawa secara keseluruhan hampir 50 persen dari seluruh Indonesia dan kantong-kantongnya Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur. Nah, koalisinya kalau ingin memenangkan Pak Anies atau meningkatkan elektabilitas Pak Anies tentu harus menghitung kantong itu," ujar Usep kepada Liputan6.com.
Sehingga, kata Usep, Anies Baswedan harus mencari tokoh yang memiliki elektabilitas tinggi di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
"Yang tinggi di kedua wilayah itu misalnya ada Muhaimin, Mahfud Md atau ada lagi bu Yenny Wahid," kata dia.
Namun, dalam berbagai survei, kata Usep, beberapa nama cawapres potensial pendamping Anies Baswedan yang memiliki elektabilitas cukup tinggi yaitu Sandiaga Uno, Ridwan Kamil, Erick Thohir dan AHY. Namun, kata Usep, memerlukan beberapa pertimbangan untuk menemukan cawapres yang cocok dengan Anies.
"Pertama memang kesesuaian tujuan visi misi diantara capres dan pengusung cawapresnya gitu nah inikan yang menjadi alot ya terutama visi misi kepentingan politik jadi memang diantara capres dan cawapres dan pengusung cawapres ya ini yang mungkin agak susah menyatukan kesesuaian tujuan politik," kata Usep.
Kedua, kata dia, cawapres Anies juga harus memiliki elektabilitas yang tinggi sehingga dapat menambah elektabilitas capres. Sementara yang ketiga, cawapres tersebut juga harus memberikan efek kepada partai.
Ketiga hal inilah, kata Usep yang menjadi pertimbangan sehingga pemilihan calon wakil presiden ini cukup alot.
Anies Baswedan Incar Basis Suara Jawa Timur?
Pengamat Politik Arifi Chaniago mengatakan, Koalisi Perubahan masih dilema dengan pemetaan cawapres Anies Baswedan. Namun, jika dilihat dari narasinya, Anies Baswedan tengah mengincar basis suara di Jawa Timur.
Sebab beberapa kali Koalisi Perubahan menyebut nama-nama yang identik dengan Jawa Timur seperti Gubernur Jawa Timur Khofifah Indarparawansa, Tokoh NU Yenny Wahid dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
"Anies sepertinya akan mencari tokoh yang identik dengan Jawa Timur karena memang Anies ini unggul di beberapa wilayah yang dikategorikan kanan (Jawa Barat)," kata Arifki kepada Liputan6.com di Jakarta, Rabu, (5/7/2023).
Tapi, kata dia, Anies Baswedan belum bisa mengambil suara di Jawa Tengah maupun Jawa Timur. "Sehingga dia membutuhkan wakil yang bisa mengambil suara itu, makannya Jatim merupakan babak penentu dalam pilpres, dan ini belum diambil oleh Anies. Sehingga penentuan cawapres Anies di 2024 nanti akan berpengaruh ke wilayah ini," ujarnya.
Sementara, Arifki menilai Partai Demokrat ngotot mengajukan AHY menjadi cawapres Anies lantaran berharap partainya mendapat suara dari efek ekor jas pencalonan putra sulung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tersebut.
"Kalau AHY itu bukan soal apakah nanti menang, tapi bagaimana AHY mendapatkan panggung cawapres, dia berharap akan mendapat efek ekor jas. Sehingga pencalonan AHY ini diharapkan berdampak pada suara partai Demokrat," kata dia.
Sebab, pencalonan AHY sebagai wakil presiden nantinya akan menguntungkan Demokrat.
"Selama inikan AHY dan Demokrat belum mendapat panggung politik yang besar, dan panggung politik AHY ini muncul di wilayah politik yang dimainkan oleh Koalisi Perubahan. Ke depan kita lihat bagaimana peluang-peluang tersebut," tandasnya.
Yenny Wahid Dinilai Paling Ideal
Selain AHY, Yenny Wahid santer disebut-sebut bakal menjadi pendamping Anies Baswedan pada Pilpres 2024. Putri Gus Dur dikabarkan bakal disokong Nasdem untuk menjadi pasangan Anies.
Pengamat politik Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) Ujang Komarudin menilai, niatan Nasdem memasangkan Anies dengan Yenny Wahid karena melihat pasangan ini ideal dan saling melengkapi.
"Saya kira keinginan Surya Paloh menggaet Yenny Wahid sebagai Cawapres Anies Baswedan bukan tanpa alasan. Yenny Wahid ini kan perempuan dan tokoh di Nahdlatul Ulama. Sehingga Pak Surya tentu telakukan kalkulasi dan melihat potensi kemenangannya besar kalau pasangan ini diduetkan," kata Ujang di Jakarta, Selasa (4/7/2023).
Ujang pun tidak melihat dengan mengusung Yenny Wahid maka akan membuat posisi Koalisi Perubahan terancam bubar. Sebab, Yenny Wahid merupakan tokoh independen yang tidak terafiliasi dengan partai politik manapun.
"Kita tahu bahwa Yenny Wahid ini tokoh yang independen secara politik. Posisi ini membuatnya dapat diterima partai politik manapun di dalam koalisi termasuk Koalisi Perubahan," katanya.
Meskipun, dia mengakui semua partai politik memaksakan kader internal untuk maju sebagai Cawapres berpasangan dengan Anies. Misalnya PKS mengusung Ahmad Heryawan sementara Demokrat mengusung Ketua Umumnya Agus Harimurti Yudhoyono.
"Biasa dalam koalisi semua parpol mengusung kader masing-masing. Namun itu tidak bisa dipaksakan, nanti ada titik temu antara semua parpol itu siapa yang harus diusung akhirnya. Tentu ada parameter sehingga satu tokoh itu diputuskan jadi cawapres," ungkapnya.
Dalam hal tersebut, kata Ujang, secara kalkulasi politik nama Yenny Wahid akan bisa dipertimbangkan semua parpol dan akhirnya parpol akan legowo.
"Yenny Wahid ini kan politisi perempuan, sekaligus memiliki garis keturunan dari pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Menurut saya ini, akan menjadi pertimbangan bagi parpol pendukung Anies," jelasnya.
Dengan mengusung Yenny Wahid, dia meyakini akan dapat mendongkrak suara Anies dari kaum Nahdliyyin terutama kalangan NU kultural.
"Anies ini kan selama ini selalu dikaitkan kalau dia didukung kalangan Islam harus keras, Islam radikal, dan Islam kanan. Dengan adanya Yenny Wahid yang nota benenya putri Gus Dur disitu otomatis stigka itu akan hilang. Karena ada representasi NU yang Islam moderat dan nasionalis," jelasnya.
Disisi yang lain, Yenny Wahid juga disebut akan menguatkan pasangannya di wilayah Jawa Tengah dan juga Jawa Timur. Keduanya merupakan provinsi dengan suara terbanyak selain Jabar dan Banten.
"Jatim dan Jateng ini kan basisnya NU, atau Islam tradisional. Tentu sangat rasional menggaet mbak Yenny jika ingin mengambil suara di wilayah ini," katanya.
Advertisement
Cawapres Anies Baswedan Terkuat Berdasarkan Survei
Sementara berdasarkan hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), nama Menparekraf Sandiaga Uno menjadi cawapres yang paling potensial untuk mendampingi Anies Baswedan.
Sandiaga menempati posisi teratas dengan angka 21,9 persen sebagai calon wakil presiden Anies.
"Untuk Anies berhadapan Ganjar dan Prabowo, 21,9 persen menilai Sandiaga Uno sebagai calon wakil presidennya yang paling baik," ujar Pendiri SMRC Saiful Mujani.
Sementara nama Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono ada di urutan kedua dengan angka mencapai 16,7 persen sebagai calon wakil presiden yang cocok untuk mendampingi Anies menghadapi Ganjar dan Prabowo.
"Yang kompetitif untuk menjadi cawapres Anies adalah Sandiaga Uno dan AHY," jelas Saiful.
Saiful menjelaskan, survei dilakukan pada Mei 2023, sebelum Sandiaga resmi bergabung dengan PPP. Bila menghilangkan nama Sandiaga yang partainya mendukung Ganjar, maka AHY nama paling kompetitif mendampingi Anies.
"Karena itu, nama Sandiaga sekarang tidak bisa dianalisis sebagai calon wapres Anies, karena partainya sudah mendukung Ganjar. Karena itu, jika Sandiaga Uno dikeluarkan, maka AHY yang paling kompetitif untuk menjadi pendamping Anies. Selisih suaranya dengan tokoh lain cukup signifikan," jelas Saiful.
Nama-nama tokoh cawapres untuk mendampingi Anies yang lainnya adalah, Erick Thohir 9,6 persen; Mahfud MD 9 persen; Khofifah Indar Parawansa 6,1 persen; Airlangga Hartarto 5,7 persen; Andika Perkasa 3,5 persen;
Selanjutnya, ada Ahmad Heryawan 1,9 persen; Said Aqil Siroj 0,8 persen; Yahya Cholil Staquf 0,5 persen; dan masih ada 24,3 persen yang belum menjawab.